Yang kutahu tentangmu adalah seorang lelaki dengan tatapan mata setajam elang. Kelam dan penuh kharisma. Tak pernah aku bisa mengelak dari tatapanmu jika hendakmu menatapku dengan penuh cinta dan gairah. Lelaki tampan dan tegap, berdada bidang yang kucintai dengan segenap hatiku, tempatku menumpahkan segala kesahku di kala gundah. Tempatku menyandarkan kepala di bahumu ketika raga ini terasa letih karena dilema yang menimpaku.



Yang kutahu, engkau seorang penyayang. Terutama pada diriku. Tak hendak engkau menyakiti hatiku meskipun engkau sendiri luka. Denganmu, aku merasa damai, denganmu aku merasa ramai. Tak hendak kucari penghibur lain jika dirimu ada di sampingku.

Yang kutahu, dirimu mencintaiku. Mencintaiku pada pandangan pertama saat kita berjumpa. Merasakan bahwa aku adalah sebagian kecil dari jiwamu yang akan hilang ketika aku pergi. Yang kutahu, engkau tak mau kehilangan diriku meski hanya sesaat. Ketika kujauh, engkau akan kebingungan seperti gerimis yang tak menemukan pelangi.

“Bukankah dunia ini akan terasa cukup meskipun kita hanya berdua?” tanyamu suatu waktu.
Aku mengangguk ketika itu.  Cukup hadirmu saja dan aku akan bahagia. Tapi dunia ini tak hanya kita, Sayang.
Suatu ketika engkau tanyakan, “Bagaimana jika kita kelak berpisah?”
Maka jawabku dengan perih,” Suatu saat nanti kita pasti akan berpisah. Meskipun aku tahu, aku tak akan lagi menerima tatapanmu, tak akan lagi bisa bersandar di bahu bidangmu, aku tahu suatu hari nanti aku harus merelakan dirimu untuk pergi dariku.”

“Jangan protes dulu, Sayang,” kataku ketika engkau hendak menyelaku, “kita bisa berpisah andai kita mau. Kita bisa menjauh andai kita hendak. Hanya kemauanlah yang bisa membuat kita menjauh, Sayang.”
Ya, Sayang. Suatu saat nanti, jika kita hendak, maka akan keraslah keinginan kita untuk berpisah. Dan kita akan bisa melakukannya meskipun perih berdarah-darah, meskipun sakit merasuk kalbu kita. Meskipun karenanya kita akan kehilangan pegangan.

Yang kutahu, dirimu seorang bapak dari tiga anak yang lucu. Seorang suami dari seorang istri yang setia menunggu di rumah. Yang kutahu, diriku harus menjauh darimu suatu saat nanti, jika aku mau, jika engkau hendak, jika kita niat. Yang kutak tahu, kapan waktunya akan tiba. Bisakah kau menjawabnya?

0 komentar:

Posting Komentar