Ratna termenung di depan kaca  riasnya. Rambutnya masih terlihat acak-acakan. Raut mukanya tercenung serasa ada beban berat yang dipikirkan. Gelisah kelihatannya. Melihat Ratna gelisah seperti itu, Arman mendekati istrinya.

“Kenapa, Mah?”
Ratna menengok. “Ah, nggak ada apa-apa, Mas. Sudah dari tadi di sini?” sahutnya terkejut.
“Baru saja. Dan kulihat Mamah sedang asyik memandangi wajah Mamah di cermin. Masih cantik, kok.”
Ratna tersipu-sipu.  ”Ah, Mas bisa saja.”


“Kenapa sih?” tanya Arman masih penasaran.
“Kenapa apanya?”
“Mamah seperti orang yang gelisah.”
“Ah gak apa-apa. Cumaaa…”
“Cumaaa… Cuma apa?”
“Ini lho Mas, ada uban di kepalaku. Berarti aku sudah tua banget, ya…”

Arman tergelak.
“Uban? Ah, biasa saja. Setiap orang pasti akan punya uban, kan? Kita kan gak selamanya muda.”
“Iya, Mas. Tapi Mas kan belum beruban. Sedangkan akuuu…,” sahut Ratna gamang.
“Sudahlah, Mah. Mamah beruban atau tidak, aku tetap cinta, kok.”

Ratna terhenyak. Dipandanginya suaminya yang masih tampak gagah  di usianya yang menjelang 45 tahun itu. Ganteng, tegap, rambutnya lebat tak seperti kebanyakan pria seusianya yang mulai mengeluhkan kerontokan, dan matang. Masih sangat mempesona.

Ia pun membandingkannya dengan kondisinya kini. Masih cantik, sih. Usianya belum lagi 40 tahun. Tetapi uban susah mulai tumbuh di kepalanya. Dan ia tahu, uban ini akan menunjukkan kalau ia lebih tua dari suaminya yang belum punya uban selembar pun.
“Bener, Mas? Gak hanya menghibur saja, kan?”

Arman mengangguk. “Dengar, Mah. Sampai kapan pun aku akan mendampingimu, dalam susah dan senang, dalam kaya dan miskin, dalam sehat ataupun sakit, dalam rambut hitam maupun ubanan…,” katanya.

Ratna yang mendengar suaminya berkata demikian mendadak tersipu-sipu. Dipandangnya suaminya dengan tatapan mesra.

“Ah, Mas bisa saja,” katanya seraya mencubit pinggang suaminya. Arman segera menyambut cubitan itu dengan pelukan sayang.

***
Ratna tak tahu, di saku Arman terdapat sebuah handphone yang di dalamnya terdapat sebuah pesan singkat: Mas, jangan lupa nanti malam kutunggu di kafe biasa. Mmmmuuuuaaaaccchhh….
Sender: Si Cantik Sintha

0 komentar:

Posting Komentar