Ketika diam menjadi pilihan, maka tak ada lagi yang bisa kupilih selain diam.
“Bicaralah,” kata lelaki itu. Aku menggeleng.
“Cukuplah aku dengan diamku. Bumi tak akan berhenti berputar jika aku diam, bukan?”
“Bicaralah, sekata saja. “
 Aku menggeleng. “Tak akan kukata apa yang kurasa.”
“Aku akan merasa kehilangan.”
“Dan aku akan merasa tersanjung.”
“Selepas subuh nanti aku akan pergi.”
“Pergilah.”
“Kau tak merasa kehilangan?”
“Jika aku merasa kehilangan haruskah kukatakan?”
“Tentu, ini akan menguatkanku di tempat baru nanti.”
“Tidak. Tak akan kukatakan apa yang kurasa. Pergilah.”
“Sri…”
“Pergilah, Kang. Jangan lupa pamit istrimu.”
“Aku cinta kamu,” bisikku dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar