Rinai datang petang ini,
memberikan kecupan basahnya kepada bumi.

Bumi pun menyambutnya dengan mesra,
ia uapkan aroma tanah nan membius dari tubuhnya.

Tak sampai basah, memang,
Tapi kami menyambutnya dengan hati riang.

Kami yakin akan ada rintik hujan kedua, ketiga, dan seterusnya,
di mana para malaikat, sang hamba taat, akan turun dari angkasa,
menebari bumi ini dengan sejuta rahmat-Nya,
rahmat dari Sang Penguasa Jagad Raya.

(dian – ibu rumah tangga)


Hujan datang membayang, Bu.
Mari kita panjatkan syukur pada Allah yang Mahakasih,
atas segala rahmat yang datang bersama hujan.

Tanah di sawah kita tentu tak lagi pecah mengerak,
reranting di pohon kuweni itu sebentar lagi pasti akan hijau kembali,
akan muncul pula trubus-trubus baru di kebun kita, Bu.

Padi kita akan terairi,
kuncup yang sembunyi akan bersemi,
bunga-bunga akan kembali indah berseri
Seseri hati kita yang berharap akan datangnya hujan, seiring gerimis sore ini.
(Parlan – petani)

13180399991636111831

Kekasih,
rinai datang sore ini,
menemani diri yang sunyi sendiri.

Tak ada engkau di sisiku menghangatkan kalbuku,
tak pula senyummu membagikan setetes sejuk meskipun semu,
satu yang bisa kuungkap tentangmu:
aku rindu.

Kekasih,
penghujan setahun lalu engkau masih di sini,
menawariku sejuta kelembutan dan kehangatan

Lalu engkau menghilang: menghilang di balik kabut kelamnya masa depan
Janjimu, akan datang jika masa depan cerahmu sudah dalam genggaman.
Kupegang janji itu hingga musim berganti,
namun engkau tak kunjung kembali,
haruskah kupupus asa yang telanjur bersemi?

Gerimis datang senja ini mengingatkanku akan sebuah janji:
Kapankah engkau kembali?

(Intan – gadis yang menanggung rindu)


Rinai datang senja hari,
Rintik pertama di penghujung kemarau tahun ini.
Gerimis datang membunyikan genta:
Akan datang hujan yang lebih lebat esok hari

Hujan, aduhai hujan
sejatinyalah aku senang nantikan turunmu,
Kaubasahi pertiwi yang kerontang ini dengan siraman air surgamu
Petir, kilat yang menyambar datangkan gigil sensasi dalam kalbu

Hujan, aduhai hujan
Bukan kami tak suka dengan hadirmu,
tapi kedatanganmu di kala pagi membuat kami terlambat
kedatanganmu malam hari membuat kami tidur tak nyenyak


Bukan, bukan kami tak suka hujan,
Tapi kami takut banjir akan datang.
Air surga telah kami sulap menjadi bencana,
onggokan sampah, sungai sempit, hutan gundul,
tak ada lagi jalan larimu hingga kau pun merampas jalan yang kami punya.

(Bobby – anak sekolah dari Jakarta)

0 komentar:

Posting Komentar