"Masih menunggunya?"
Aku mengangguk.
"Mengapa tak kaubalas saja pesan-pesannya?"
"Aku menunggunya mengirimkan pesannya yang kesepuluh."
"Sekarang pesan  keberapa yang engkau terima?"
"Kesembilan. Kurang satu lagi."



"Tak semestinya kamu keras kepala seperti itu. Balas saja, nanti menyesal lho."
 "Aku hanya menguji kesabarannya. Seberapa banyak ia bersabar menghadapi kekeraskepalaanku."
"Keras kepala kok dipiara," katanya manyun.
"Cinta butuh kesabaran, Neng," kataku tertawa.
"Tiba-tiba HP-ku bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari nomornya. Kubaca, lalu pias. Pesan itu berisi berita bahwa pemiliknya meninggal karena kecelakaan. Pesan kesepuluh yang kutunggu itu ternyata membuatku menyesali kekeraskepalaanku selama ini.























0 komentar:

Posting Komentar