Karangmurya, 13 Ramadhan 1432 H
Untuk Kang Parmin di Jakarta
Kang, bagaimana kabarmu? Baik-baik saja bukan? Kuharap demikian.  Meskipun berpuasa di tengah teriknya Jakarta  tidaklah mudah, kuharap Kang Parmin pun masih menjaga puasa Kakang.
Kang, di sini aku, kenang, emak, dan bapak dalam keadaan baik-baik saja.  Kami paham kalau Kakang tak pulang lebaran ini karena biaya mudik tak murah buat kita. Yang penting untuk biaya lahiran nanti ya Kang.

Kang Parmin sigaraning nyawaku,


Kondisi kehamilanku baik-baik saja, Kang. Meskipun sudah mulai memberat, kata Bu Bidan sehat-sehat saja. Dia pun tak banyak bertingkah seperti kakaknya dulu. InsyaAllah anak kita nrima, Kang. Semoga ia bisa kuat seperti Bapaknya, ya.

Setiap sore, Kenang selalu ngaji di TPQ. Tak usah kuantar lagi, Kang. Ia sudah berani sendiri, kok jalan kaki bersama temannya. Sayangnya ya itu, terkadang ia menagih janji BMX-nya. Kubujuk-bujuk kadang susah juga kalau sudah menangis. Ah, tak usahlah Kang Parmin pikirkan.  Setelah kuajak ia mengelus adiknya, ia akan diam kok. Lalu Kenang berkata, “Ya sudahlah, Mak. Duitnya buat biaya lahiran adik saja.”

Kang Parmin,
Sekalipun hidup kita susah kuharap Kang Parmin tak goyah dalam iman. Hanya ini yang kita punya untuk bekal kita di hari nanti. Kakang tak usahlah khawatir dengan Kenang. Ngajinya sudah sampai jilid 5 sekarang. Ia rajin pula ke mushola untuk shalat berjamaah. Ramadhan ini ia sudah belajar berpuasa meskipun masih mbedhug. Semoga kelak ia menjadi anak yang sholeh ya Kang.

Harapku, Kakang tetap bekerja mencari uang yang halal. Tetap menjalankan syariah-Nya.  InsyaAllah apa yang kita peroleh akan barokah meskipun sedikit.

Oh, ya Kang, karena lebaran nanti kita tak bertemu, melalui surat ini aku memohon maaf atas semua khilaf yang pernah kulakukan sama Kang Parmin. Maafkan aku jika selama ini kurang bisa melayani Kang Parmin dengan baik. Demikian pula dengan Kenang ya Kang. Doakan selalu agar menjadi  anak yang sholeh.

Sekian dulu suratku, Kang. Sejuta rinduku hanya untuk Kang Parmin.
Istrimu yang selalu menanti,
Minah.

bagian kedua dari Parmin Tak Mudik Lebaran Ini

0 komentar:

Posting Komentar