Semangat sekali Kemala sore ini. Bagaimana tidak? Hari ini ia punya kesempatan, tepatnya alasan untuk singgah di rumah Pak Yasin, atasannya.
Pak Yasin yang
ganteng. Pak Yasin yang menurut cerita penuh perhatian terhadap
keluarga. Ia tak pernah mau pulang terlambat karena tak mau anaknya
telantar. Ia mau membantu pekerjaan rumah istrinya karena mereka
sama-sama pekerja. Memasak dan mengepel bukan hal yang tabu baginya.
Begitu selalu cerita Pak Yasin kepada Kemala.
Suami yang baik. Kemala terkagum-kagum kepadanya kalau tak mau dibilang jatuh cinta. Tanpa ia sadari, seringkali dibandingkannya Pak Yasin dengan suaminya. Suaminya
yang selalu minta pelayanan lebih di meja makan. Bersih-bersih? Tentu
harus berdua. Tak mungkin ia mau bersih-bersih sendirian tanpa Kemala di
sampingnya. Jauh sekali bedanya dengan Pak Yasin yang
seringkali bercerita bahwa ia rajin bersih-bersih rumah agar istrinya
senang ketika pulang dari kantor.
Hari ini ia berkesempatan untuk menyaksikan sendiri cerita Pak Yasin. Cerita tentang seorang suami dan ayah penyayang, laki-laki teladan. Paling tidak, begitulah yang dimaui Kemala untuk dilakukan suaminya.
Sampai di rumah berhalaman asri milik Pak Yasin, dengan ringan diketuknya pintu rumah itu. Seraut wajah masam menyembul dari dalam. Menilik wajahnya, usianya hanya beberapa tahun di atas Kemala. Cantik, namun masamnya minta ampun. Tak ada senyum sama sekali di wajah itu. Kemala menganggukkan kepalanya.
“Yasiiin… ada tamu…” teriaknya tanpa memedulikan Kemala.
“Ya, Diiikkk…”
Pak Yasin keluar masih mengenakan celana kolor. Tangan kanannya memegang lap pel. Keringat membasahi sekujur tubuhnya.
“Kemala…,” katanya setengah terkejut.
Kemala mengangguk, lalu tersenyum kikuk. “Ada berkas yang harus ditandatangi sekarang juga, Pak,” katanya mencairkan suasana.
Kemala memandang
diam-diam kepada Pak Yasin ketika atasannya itu menandatangani berkas
yang ia bawa. Sebuah perasaan halus menyelinap di benaknya. Iba
hatinya melihat kenyataan yang terpampang di depannya. Hilang sudah
kekagumannya pada Pak Yasin. Atasannya ini bukanlah seorang yang penuh
perhatian, namun hanya seorang suami takut istri. Tiba-tiba ia rindu pada Baskoro, suaminya.
0 komentar:
Posting Komentar