3940+3996+3942+3086+1226+5690+1878+15904+2320+528+5286 = 47796.
Angka itu yang tertera pada layar HP  yang baru saja saya gunakan untuk menghitung jumlah kata yang sudah saya tulis di bulan Januari dalam rangka nulis bareng J50K. Saya sendiri kaget karena kemarin ketika update terakhir sebelum laptop saya hang, saya berada di kisaran 45 ribu lebih sedikit. Memang, ketika itu setelah menghitung, saya menulis lagi dan tiba-tiba laptop saya meninggal eh mati begitu saja. Ya sudah, akhirnya saya menyerah kalah karena setelah maghrib laptop tak dapat kembali menyala. Hari ini, ketika si laptop tiba-tiba bisa hidup lagi (maklum laptop tua, dibuat kerja agak lama sedikit langsung error, untuk mengantisipasinya saya menyimpan hasil ketikan saya di flashdisk), saya coba hitung ulang ternyata sudah sampai di 47 K. Wow, sebuah pencapaian yang luar biasa meskipun tak sampai finish 50 K.


Bukan saya berpuas diri karena sebetulnya ketika laptop tiba-tiba hang tadi malam, saya betul-betul sangat frustrasi karena tak bisa berjuang sampai menit-menit terakhir. Tapi, mengingat begitu banyaknya hal yang mesti saya kerjakan di bulan ini, angka segitu cukuplah. Kata Mbak Endah Raharjo sih tinggal mak nil. Kalau kata saya, tinggal sak nyuk. Apalagi penyebabnya adalah faktor X yang sama sekali tak bisa saya hindari.

Saya mulai menulis novel ini (saya masukkan dalam folder dengan judul Project) sekira tanggal 5 Januari. Itu sudah start yang benar-benar  terlambat dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Apa pasal? Ketika itu saya tengah disibukkan untuk menyelesaikan laporan kegiatan bimbingan teknis di MGMP. Setelah laporan setebal dua setengah sentimeter itu selesai, saya pun mulai menyentuh novel saya.

Sinopsis novel sudah saya persiapkan mulai Desember. Namun, bodohnya saya, saya tak membuat outline atau kerangka per bab seperti yang saya lakukan pada tahun 2012 yang lalu. Bahkan, sampai awal Januari saya masih ragu dengan alur yang sudah saya tentukan. Ya sudah, akhirnya mengalir sajalah, mau dibawa ke mana novel ini karena sebenarnya bagi saya, sebaik apa pun kerangka, pasti akan berubah. Bahkan untuk menuliskan kembali paragraf yang sudah kita buat di tempat lain pun, pasti ada perubahan,

Kesibukan lain muncul mengganggu lagi. Saya harus berpartisipasi menulis soal latihan ujian nasional sebanyak lima paket. Memang sih, lima paket itu untuk berlima. Masing-masing penulis mendapat jatah sebanyak 10 materi dan  masing-masing materi dibuat menjadi 5 soal dengan kesulitan yang nyaris sama. Lumayan, 50 butir soal yang tidak main-main membuatnya karena untuk tingkat kabupaten. Belum lagi urusan menyunting jika  menyuntingnya ketika paket soal sudah disusun secara lengkap, digabung dengan soal dari penyusun naskah lainnya. Terkadang, saking penginnya saya menyelesaikan novel itu, saya buka 6 jendela word sekaligus. Lima jendela untuk masing-masing paket soal dan satu jendela untuk proyek saya.

Tugas lain masih menunggu saya. Menyelesaikan ketikan untuk tesis suami dan membuat satu lagi paket soal untuk try out di sekolah. Yah, lumayanlah untuk memaksa saya duduk manis di depan meja sambil membayang-bayangkan kapan saya bisa melanjutkan menulis novel.

Ketika semua urusan selesai, ternyata halangan masih saja ada. Yaaah... namanya juga hidup. Mana terasa enak kalau tak ada halangan yang mesti ditembus. Hihi... Pertengahan bulan lebih sedikit, ketika saya sampai di kilometer 15, laptop tua saya yang tercinta ini hang, Saudara-saudara. Barangkali dia kecapekan menemani kerja saya melulu. Jadilah saya beralih ke netbook yang engselnya sudah oplok-oplok. Untungnya larinya lumayan cepat. Namuuuuun... saya mesti kucing-kucingan sama Haikal, anak saya. Pasalnya anak itu senang sekali main game atau nonton film ultraman di youtube. Jadi, deh, saya cuma bisa menyentuh naskah saya ketika tidur, atau ketika saya di sekolah. Uhukk... saya mesti ngaku nih, terkadang ketika anak-anak mengerjakan tugas, saya melanjutkan novel saya, hehehehe... Lah gimana lagi, coba... Nah, klimaksnya, pada H-3 sebelum penutupan, si netbook ikut-ikutan bikin masalah. LCD-nya pecah pada hari Rabu dan itu memaksa saya untuk membawanya ke reparasi. Ya, sudah, saya kembali mencoba menggunakan laptop tua saya dan alhamdulillah dapat hidup. Namun, kesabaran saya lagi-lagi diuji, karena seringkali ketika asyik mengetik, ia mendadak mati. Setelah itu, saya harus menunggunya beberapa jam agar ia mau hidup kembali.

Meskipun terseok, saya tetap terus menulis. Tak hanya perkara laptop, ternyata kesulitan juga datang dari  dalam diri saya. Selain agak kesulitan karena saya tak membuat outlinenya, saya juga kesulitan menggambarkan suasana novel yang hangat karena saat itu Kudus sedang dilanda cuaca ekstrem. Hujan mahadahsyat selama sepuluh hari tanpa jeda  ini sukses menggenangi kota kami, membanjiri puluhan  desa dari tujuh kecamatan, membuat Kudus seperti kota mati yang terisolasi dari mana-mana.  Alhasil, saya pun kesulitan juga menulis dalam cuaca yang sangat dingin, plus menggambarkan suasana dalam novel yang mestinya hangat, hahaha. Selain itu, saya juga ikut terbawa arus alur novel saya. Ketika si tokoh sedang dikisahkan mengalami kesusahan, saya ikut-ikutan sedih sehingga malas untuk melanjutkannya. Aneh, ya, tapi memanglah demikian. Ini pun saya alami ketika tahun 2012 dulu. Naah... untuk mengatasinya, saya lompati saja bagian itu, kemudian masuk ke bagian yang selanjutnya. Mulai saat itu, saya kemudian membaginya menjadi beberapa bagian atau semacam outline dadakan sampai kisah selesai. Alhasil, sampai hari ini, kisah sudah selesai, tetapi krowak di tengah. Hehehe... Tak apalah, nanti bisa dilanjutkan lagi, kan?

Oke, jadi begitu kisah saya di Januari 50K tahun ini, Kawan. Saya berharap tahun depan bisa masuk finish dengan lancar jaya. Ada berapa yang masuk finish tahun ini, yaaa...? Coba tunjuk jari... Pasti komandan J50K yang nomor satu. Ya, kan...  ya kaaan...ya kaaan....

Nah, ini printscreennya... :D

Salam,
Dian

4 komentar:

Ria Rochma mengatakan...

beneran tinggal sak nyuk ini, mbak. kalau aku sudah terseok di 25ribu :(

Dian Khristiyanti mengatakan...

Hehe, iya Miss Rochma.. tapi itu juga belum puas karena harusnya bisa. Tapi, sekali-sekali kita memang tak bisa mengabaikan faktor X, supaya tidak jumawa. Semoga ke depannya kita berhasil, yaaa... Salam buat Rakha kecil. :)

Miss G mengatakan...

Dengan segala kesibukan itu dan start yang terlambat, udah prestasi banget ituuu... Saluuut graaak! ^_^

Dian mengatakan...

hehehhee... terima kasih. Mbak G. Nyata benar kalau J50K telah memberikan spirit untuk menulis. Buktinya, ketika Februari datang, sampai tanggal sekian saya belum juga mulai nulis lagi, hehehe...
Tengyuuuuuuuu Miss G, tengyu Kampung Fiksi... )

Posting Komentar