Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh
nanah
Seperti udara… kasih yang engkau
berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di
pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil
dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….
“Ibu menanyakanmu sebelum menghembuskan
nafas penghabisannya, Mas,” kata Sari. Mukanya sembab, tapi air matanya sudah
mengering. Dia masih duduk bersimpuh, di
tepi balai-balai tempat jenazah ibunya
berada. Tinggal menunggu waktu saja sebelum jenazah ibunya diberangkatkan
setelah wanita tua itu bergelut melawan kanker selama bertahun-tahun.
Sari sudah tak mampu menangis. Ia
benar-benar sudah mengikhlaskan kepergian ibunya yang telah sekian lama bergulat melawan kanker
rahim. Seandainya ada satu yang tak bisa ia ikhlaskan, mungkin hanya perlakuan
Irawan, kakak laki-laki semata wayangnya.