Semangat sekali Kemala sore ini. Bagaimana tidak? Hari ini ia punya kesempatan, tepatnya alasan untuk singgah di rumah Pak Yasin, atasannya.

Pak Yasin yang ganteng. Pak Yasin yang menurut cerita penuh perhatian terhadap keluarga. Ia tak pernah mau pulang terlambat karena tak mau anaknya telantar. Ia mau membantu pekerjaan rumah istrinya karena mereka sama-sama pekerja. Memasak dan mengepel bukan hal yang tabu baginya. Begitu selalu cerita Pak Yasin kepada Kemala.

"Masih menunggunya?"
Aku mengangguk.
"Mengapa tak kaubalas saja pesan-pesannya?"
"Aku menunggunya mengirimkan pesannya yang kesepuluh."
"Sekarang pesan  keberapa yang engkau terima?"
"Kesembilan. Kurang satu lagi."